Search

Pages

Jumat, 14 Juni 2013

Fairy Tail Chapter 335

Umat manusia semakin terdesak, serangan
para naga membuat satu per satu dari mereka
tak mampu bertahan lagi. Erza yang
merupakan salah satu penyihir perempuan
terkuat pun kini bahkan hanya bisa tertatih
meratapi lukanya. Lalu di sisi lain, tampak
juga penyihir-penyihir dari berbagai guild
mulai berguguran.
"Seseorang!! Seseorang tolong kemari!!!"
teriak Jet sambil memangku tubuh Droy yang
sudah tak bernafas lagi. "Aku tak bisa
merasakan nafas Droy!! Ia tak bisa bernafas!!"
teriak Jet dengan penuh air mata.
Lalu, di sisi Romeo, "Ayah!!" anak itu
berteriak, ke arah ayahnya yang telah dijatuhi
reruntuhan bangunan dan akan segera
diserang oleh monster-monster naga. "Aku
baik-baik saja!! Wakaba, aku serahkan Romeo
padamu!!" teriak ayah Romeo meski
keadaannya sebenarnya sangat parah.
Wakaba, teman dekat ayah Romeo tak bisa
berbuat apa-apa selain menuruti permintaan
terakhirnya itu dan mencegat Romeo agar ia
tak berusaha untuk mendekat dan
membahayakan dirinya.
Fairy Tail Chapter 335 - Waktu dari
Kehidupan
Teks Version by www.Beelzeta.com
"Chelia!! Chelia!! Dimana kau!!??" Lyon
berteriak-teriak memanggil salah satu penyihir
medis dari guildnya itu. "Chelia!! Kumohon,
dimana kau!?? Gray..." Lyon tak bisa menahan
air matanya. Dan tak hanya dia, Meldy dan
terutama Juvia yang ada di tempat itu benar-
benar tak kuasa membendung rasa sedih
mereka. "Gray... mereka mengenai
kepalanya..."
Di sisi Ultear, dirinya masih bersimpuh di
reruntuhan yang sepi tersebut. "Hidupku
memang terkutuk.." ucapnya dalam hati. "Aku
telah menipu seseorang dan kemudian
menertawakannya. Aku mencuri hidup mereka.
Tapi... Gray... kau kemudian datang dan
memberiku kesempatan untuk kembali hidup
sebagai manusia.."
"Guild netral Crime Sorciere adalah untuk
membayar dosa-dosa yang telah kuperbuat.
Tapi ternyata.. aku tak berubah sama sekali.
Aku hanyalah seorang wanita penyihir, yang
dengan mudah membunuh seseorang tanpa
berpikir dua kali... Aku benar-benar... tak
berhak untuk terus hidup..."
Ultear kemudian teringat dengan masa-masa
mudanya dulu. Saat-saat ketika dadanya masih
belum sebesar sekarang, dan dia masih berada
di bawah kendali Hades...
Tampak Ultear kecil sedang sibuk membaca di
tumpukan buku-buku sihir di perpustakaan
yang ada di kapal Hades. Dan di saat sibuk-
sibuk membaca tersebut, tiba-tiba pak tua
Hades datang. "Luar biasa kau bisa
mengumpulkan buku sihir sebanyak ini.."
ucapnya.
"Master Hades!!" Ultear menghentikan
aktivitasnya dan kemudian berlutut. "Kau tak
perlu berlutut seperti itu.." ucap Hades.
"Dulu... anda sempat memberitahuku tentang
sihir yang mampu mengembalikan
kebahagiaan yang hilang.."
"Times ark??"
"Akhirnya aku berhasil menemukan sesuatu
tentang itu.." Ultear kecil menunjukkan
sebuah buku bergambar sampul jam dinding.
"Dengan mengombinasikan buku ini dan script
kuno Myrdian..."
"...Last Ages." Hades melanjutkan kata-kata
Ultear dan dia tampak kaget. "Kau tak harus
menggunakan sihir itu." Hades menentang
keinginan Ultear. "Kenapa!?? Ini adalah sihir
yang kucari-cari selama ini!! Dengan ini aku
bisa mengembalikan waktu dan memulai
semuanya kembali!! Aku sudah siap untuk
melakukan apapun demi mengusai sihir ini..."
"Ada harga yang harus kau bayar jika ingin
menggunakan Last Ages.." ucap Hades. "Saat
seseorang mengambil kembali waktu,
bersamaan dengan itu seseorang juga mencuri
semua waktu mereka..."
"Waktu mereka??"
"Dengan kata lain, hidup mereka.." ucap
Hades.
"Dunia mungkin mampu memperbaiki waktu
mereka, tapi tetap saja mereka akan
kehilangan waktu yang telah mereka lalui. Apa
itu dunia yang kau inginkan?"
"Itu..
tidak.." sahut Ultear saat itu.
Tapi sekarang, "Aku menginginkannya.." pikir
Ultear ketika dunia telah menjadi kacau
seperti ini. "Kalau aku bisa membuat dunia
kembali normal dengan mengorbankan
nyawaku ini, maka aku siap untuk
melakukannya!!" Ultear mulai mengeluarkan
segel untuk memulai sihirnya.
"Times ark!! Last Ages!!!! Kumohon,
kembalikan dunia... setidaknya sebelum
gerbang terbuka!!! Ambil hidupku sebagai
harga untuk mengembalikan waktu!!!!"
Kekuatan sihir yang begitu kuat berhembus
dari bawah pijakkan Ultear, cukup kuat untuk
merobek pakaian yang ia kenakan. Dan pada
akhirnya, waktu di seluruh dunia pun kembali.
Di saat-saat terakhirnya, Ultear melihat ke
arah jam besar yang ada di menara tak jauh
darinya.
"!!!!" Ultear kaget, karena dari yang terlihat,
waktu hanya bergeser kembali selama satu
menit. "Satu menit!?? Apakah hidupku... cuma
berharga... satu menit??" Ultear mulai rebah
dan perlahan kehilangan kesadarannya. "Aku
tak mampu... menyelamatkan siapapun.."
ucapnya untuk terakhir kalinya.
Namun tanpa ia sadari, satu menit yang Ultear
berikan benar-benar berarti. Dunia kini
kembali ke satu menit sebelumnya. Sebelum
Droy terkena serangan hingga tak mampu
bernafas kembali, sebelum ayah Romeo
tertimpa reruntuhan, sebelum tubuh dan
kepala Gray tertembus oleh tembakkan
monster-monster naga...
"Awass!!!!" Gray mendorong tubuh Juvia dan
Meldy sama seperti waktu itu. Bagaimanapun,
pertempuran masih berlanjut.
"Jangan kehilangan fokus!! Ini adalah medan
perang!!" teriak Lyon. "Maaf.." ucap Meldy.
"Ah, Gray-sama.. tadi.. memegang pantatku.."
ucap Juvia. Dan kemudian batsss!! tiba-tiba
sesuatu melintas di otak semua orang. Suatu
ingatan semacam dejavu, Gray dan yang
lainnya seolah pernah melakukan ini dan tahu
apa yang akan terjadi satu menit kemudian.
"Apa aku akan terbunuh??" Gray bertanya-
tanya.
"Tadi itu... mimpi!??" Meldy kaget.
"Juvia juga melihatnya!!" ucap Juvia.
"Apa-apaan ini?? Melihat dirimu sendiri mati,
benar-benar menyeramkan.." ucap Gray.
"Awas!! Naga itu akan menyerang!!" teriak
Meldy. "Apakah itu akan benar-benar
terjadi!??"
"Apa yang sebenarnya terjadi!?? Apa ada yang
memberitahu kita tentang ini!??" Lyon juga
bertanya-tanya. Lalu setelah tahu itu, mereka
pun tak lengah lagi dan kemudian mencegah
agar semua itu tidak terjadi.
"Seseorang..." Gray tiba-tiba teringat sesuatu.
Di tempatnya, kini Ultear telah rebah dan tak
mampu bangkit kembali. Meski hanya sedikit,
pengorbanannya benar-benar berarti.
Jet dan Droy secepatnya mencari tempat yang
lebih aman dari tempat itu, dan Romeo
bersama dengan ayahnya tak pergi ke tempat
yang mereka tahu ayah Romeo nanti akan
terkena reruntuhan gedung itu. Mereka semua
selamat, berkat pengorbanan Ultear.
Hari itu, semua orang di seluruh dunia
menyaksikan satu menit masa depan mereka.
Tapi setelah bayangan itu menghilang,
layaknya mimpi, tak seorang pun benar-benar
menganggapnya. Dan kemudian, mereka
melupakan phenomena aneh itu begitu saja.
Namun, bagi para penyihir yang kini masih
bertarung, satu menit itu benar-benar berarti
bagi hidup mereka. Satu menit itu... menjadi
momentum bagi perlawanan umat manusia..

Bersambung. .

Sumber : www.beelzeta.com

1 Tanggapan kawan:

  1. http://jmangablog.blogspot.com/2013/06/fairy-tail-chapter-335.html?m=1

    BalasHapus

 

Blogger news

W3 Directory - the World Wide Web Directory

Blogroll

About